PalingSering Dicari. 1 Hadis+at+taubah+ayat+105 2 Surat almaidah ayat 48 3 Surat almaidah48 4 dalil+kitab+injil 5 dalil+kitab+zabur 6 Ad Dzariyat ayat 1 7 Surat at Taubah ayat 105 8 Al Isra ayat 26-27 9 Injil 10 hadist+al-hujurat+ayat+12 11 ali imran 12 zabur 13 YUNUS 14 unta 15 AL maidah ayat 48 16 Tafsir ibnu katsir qs almaidah ayat 48 17 Nomor surat 18 At taubah ayat 105 19 Surat+al ikhlas Haditsyang didalam sanadnya terdapat rawi Sayyi'ul Hifz (buruk hafalan). • Pembagian: 1. Mukhtalath: "Hadits yang didalamnya terdapat rawi yang buruk hafalan yang bersifat sementara (bukan permanen) • Dibagi menjadi 3 jenis: 1. Yang diriwayatkan sebelum hafalannya menjadi buruk, haditsnya dianggap shahih atau hasan. Sahabatislampos, dikutip dalam buku 'Hadits Shahih Bukhari - Muslim (HC)' oleh Muslim hukum bagi peminum khamr jika tidak bertaubat tertulis dalam hadits ini, orang yang membawanya, orang yang meminta untuk dibelikan dan orang yang memakan harganya." (Diriwayatkan oleh Ahmad (2/25,71), Ath-Thayalisi (1134), Al-Hakim At-Tirmidzi Hadistentang pacarana yang berikutnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad berikut ini: " Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali setan akan menjadi yang ketiga." (HR. Tirmidzi dan Ahmad). Hadis di atas masih memiliki keterkaitan dengan hadis yang sebelumnya. Dalamhadits Syafa'at yang diriwayatkan, antara lain oleh Al-Bukhari dan Muslim, disebutkan, "Keluarkanlah dari neraka orang yang mengucapkan 'لا إله إلا الله' dan pada hatinya ada iman sebesar biji zarrah". Jikadiartikan dari kata dasarnya, maka pengertian hadits yaitu setiap goresan pena yang berasal dari perkataan atau pun percakapan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam terminologi agama Islam sendiri, dijelaskan bahwa hadits merupakan setiap goresan pena yang melaporkan atau pun mencatat seluruh perkataan, perbuatan dan tingkah laris Nabi Muhammad SAW. PenelitianHadits Dilakukan Oleh Empat Imam Mazhab. Para imam mazhab yang empat, Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi'i dan Ahmad bin Hanbal, sama sekali tidak pernah menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Mereka sama sekali tidak pernah menyentuh kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Demikianpula menurut yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Musaddad dan Ali ibnul Madini, keduanya dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan dengan lafaz yang sama. Imam Bukhari pun meriwayatkan hadis ini pada bagian lain dalam tafsirnya. dan diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah dari berbagai jalur melalui Syu'bah dengan lafaz yang Langkahlangkah Mengetahui Keshahihan Hadits. Jika suatu hadits tidak disebutkan info pen-takhrijnya (yaitu: tidak ada keterangan hadits riwayat) maka jangan sebarkan, jangan amalkan dan jangan yakini dulu. Kemudian tanya kepada ahli ilmu mengenai status haditsnya. Jika suatu hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (dalam Shahih Bukhari Bukhari no. 305 dan Muslim, no. 1211) Karena haidh adalah darah tabiat, sesuai fitrah masing-masing, para wanita pun berbeda-beda keadaan haidhnya. "Ia harus bersedekah satu atau setengah dinar." (Diriwayatkan oleh Imam yang lima. Hadits ini sahih menurut Al-Hakim dan Ibnu Qaththan dan mawquf menurut lainnya). [HR. Abu Daud, no. 264 Dikutipdari buku Langkah-langkah Menjadi Pemimpin Disarikan dari Alquran dan Hadist oleh Fachruddin Mangunjaya, sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim membahas soal tugas seorang pemimpin. "Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan surga baginya." RasulullahSAW bersabda: " Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit yang terus-menerus, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundahgulanaan hingga duri yang menusuk, melainkan Allah akan mengha puskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya (dosa-dosanya). " (HR. Bukhari dan Muslim). Hadiskeempat mengenai persatuan. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Musa, dari Nabi Saw, beliau bersabda; إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشبك أصابعه. Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain seperti bangunan. xSkhOx. HomeHaditsHadits Tentang Niat Yang Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari dan MuslimHadits Tentang Niat Riwayat Imam Bukhari dan MuslimSetiap amal perbuatan yang kita lakukan pastinya memiliki niat, artikel kali ini akan memuat Hadits Tentang Niat yang mana hadits tersebut Diriwayatkan Oleh perawi hadits yang sangat mashur yakni Imam Bukhari dan adalah sebuah pondasi yang membuat amalan yang kita kerjakan bernilai atau tidak dihadapan Allah SWT, baik itu amalan yang bersifat ibadah mahdloh vertikal atau pun Ghair mahdloh horizontal. Jika kita melihat suatu amalan dengan tinjauan ilmu fiqih maka niat ini selalu menjadi hal utama dalam melaksanakan amalan ini adalah penggalan Hadits Tentang Niat Yang Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari dan Muslim yang diambil dari kitab hadits Arba’in Nawawi عَن أمِيرِ المُؤمِنِين أبي حَفْصٍ عُمَرَ بنِ الخَطَّاب – رَضِيَ الله تَعَالى عَنْهُ – قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ الله صَلَى الله عَلَيهِ وَسَلَّم يَقُولُ إنَّمَا الأعْمَالُ بِالنِيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَن كاَنَتْ هِجْرَتُهُ إلَى الله وَرَسُولِهِ; فَهِجْرَتُهُ إلَى الله وَرَسُولِهِ، وَمَن كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا; فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إليه. رواه إمامَا المحدِّثين أبوعبدالله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرةِ بن بَرْدِزْبَهْ البخاريُّ، وأبو الحسين مسلم بن الحَجَّاج بن مسلمٍ القُشيريُّ النيسابوريُّ في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفةDari Umar radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” HR. Bukhari dan MuslimSebagain para ulama berpendapat bahwa Hadits yang menjelaskan tentang niat yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan muslim ini merupakan sepertiga islamnya seseorang karena setiap amalan seorang muslim pastinya harus memiliki artikel kali ini yang memuat Hadits Tentang Niat Yang Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari dan Muslim, semoga bisa bermanfaat untuk sobat yang sedang mencari kutipan hadits yangb erkaitan dengan niat. BANYAKNYA hadis palsu yang beredar membuat para ahli hadis menyaringnya. Para ulama sepakat bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim mempunyai kadar shahih atau kebenaran yang tinggi. Hal itu dikarenakan kedua imam tersebut telah melakukan penyaringan yang sangat ketat terhadap hadis-hadis yang beredar. Hadist yang diriwayatkan oleh salah satu dari kedua imam itu saja sudah diakui oleh para ulama akan kebenarannya. Apalagi hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari yang juga diriwatkan oleh Muslim, tentu tingkat kebenarannya lebih tinggi. Sehingga para ulama sepakat bahwa Hadis yang diriwayatkan oleh kedua imam itu benar-benar berasal dari perkataan Nabi. Adalah Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, dua orang ulama ahli hadits yang pertama kali menyusun kitab hadits yang hanya berisikan hadits-hadits shahih sesuai dengan syaratnya. Metode yang ditempuh dalam penyusunan kitab tersebut adalah dengan memilih periwayat-periwayat yang harus memenuhi persyaratan hadits shahih yaitu sanadnya bersambung sampai Rasulullah, dinukil dari periwayat yang takwa, kuat hafalannya, tidak mudah lupa, tidak ganjil menyelisihi hadits shahih yang lebih kuat dan tidak cacat. Adapun Al-Imam Al-Bukhari dalam penyusunan kitabnya menentukan persyaratan lagi yang lebih ketat. Diantaranya periwayat-periwayat rawi haruslah sejaman dan mendengar langsung dari rawi yang diambil hadits darinya. Kelebihan kitab Shahih Al-Bukhari adalah terdapat pengambilan hukum fiqih, perawinya lebih terpercaya dan memuat beberapa hikmah dimana unsur-unsur ini tidak ada pada Shahih Muslim. [] SUMBER UKHUWAH ISLAMIYAHOleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه اللهعَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [مِنَ الْخَيْرِ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].TAKHRIJ HADITS Hadits ini shahîh, diriwayatkan oleh Al-Bukhâri no. 13, Muslim no. 45, Ahmad III/176, 206, 251, 272, 289, Abu Awanah I/33, At-Tirmidzi no. 2515, Ibnu Majah no. 66, An-Nasa`i VIII/115, Darimi II/307, Abu Ya’la no. 2880, 3171, 3069, 3245, Ibnu Hibban no. 234, 235.Hadits di atas dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahîh keduanya, dari hadits Qatadah, dari Anas; sedangkan lafazh milik Muslim berbunyiحَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ ، أَوْ قَالَ لِجَارِهِ.“Hingga ia mencintai untuk saudaranya; atau beliau bersabda Untuk tetangganya ”Dan Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abu Ya’la mengeluarkan pula hadits yang semakna dengan lafazhلاَ يَبْلُغُ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى يُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ مِنَ الْخَيْرِ.“Seorang hamba tidak dapat mencapai hakikat iman, hingga ia mencintai kebaikan untuk manusia seperti yang ia cintai untuk dirinya.”SYARAH HADITS Syaikh al-Albâni rahimahulllah berkata, “Ketahuilah bahwa tambahan ini مِنَ الْخَيْرِ berupa kebaikan, adalah tambahan yang sangat penting yang dapat menentukan makna yang dimaksud dalam hadits ini, karena kata “kebaikan” adalah satu kata yang mencakup berbagai amal ketaatan dan perbuatan mubah, baik dalam masalah dunia maupun akhirat -selain yang dilarang karena kata “kebaikan” tidak mencakupnya- sebagaimana sudah jelas. Salah satu kesempurnaan akhlak seorang muslim, ialah ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim, seperti yang ia cintai untuk dirinya sendiri. Demikian pula ia membenci kejelekan untuk saudaranya, seperti kebenciannya untuk dirinya sendiri. Meskipun hal ini tidak disebutkan dalam hadits, namun ini termasuk dalam kandungannya karena mencintai sesuatu mengharuskan membenci sesuatu yang menjadi lawannya”[1]Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan[2] “Riwayat Imam Ahmad rahimahullah di atas menjelaskan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhâri dan Muslim, dan bahwa yang dimaksud dengan tidak beriman ialah tidak mencapai hakikat dan puncak iman karena iman seringkali dianggap tidak ada karena ketiadaan rukun-rukun dan kewajiban-kewajibannya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa يِزْنِي الزَّانِي حِيْنَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلاَ يَسْرِقُ السَّارِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِيْنَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمَنٌ.“Pezina tidak berzina ketika ia berzina sedang ia dalam keadaan mukmin; pencuri tidak mencuri ketika ia mencuri sedang ia dalam keadaan mukmin; dan orang tidak minum minuman keras ketika ia meminumnya sedang ia dalam keadaan beriman”[3]Juga seperti sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallamلاَ يُؤْمِنُ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.“Tidak beriman orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguannya”[4]Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,“Para ulama mengatakan bahwa maknanya ialah tidak beriman dengan iman yang sempurna, karena pokok iman itu ada pada orang yang tidak memiliki sifat ini”[5]Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “Yang dimaksud ialah dinafikannya kesempurnaan iman. Penafian nama sesuatu dengan makna menafikan kesempurnaannya telah masyhur dalam dialek bangsa Arab, seperti perkataan mereka, Si fulan itu bukan manusia’.”[6] Maksudnya, dinafikan salah satu Amr bin Shalah rahimahullah mengatakan, “Maknanya, tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai untuk saudara semuslim seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri”[7]Para ulama berbeda pendapat tentang pelaku dosa besar; apakah dia dinamakan mukmin yang kurang imannya atau tidak dikatakan mukmin? Sesungguhnya yang benar dikatakan dia muslim dan bukan mukmin menurut salah satu dari dua pendapat, dan kedua pendapat tersebut diriwayatkan dari Imam Ahmad, atau ia mukmin dengan imannya dan fasik dengan dosa orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil, iman tidak hilang dari dirinya secara total, namun ia orang mukmin yang kurang beriman dan imannya berkurang sesuai dengan kadar dosa kecil yang ia pendapat yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar dinamakan seorang mukmin yang kurang imannya diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu, dan merupakan pendapat Ibnul-Mubarak, Ishaq, Ibnu Ubaid, dan selain hadits di atas ialah di antara sifat iman yang wajib, adalah seseorang mencintai untuk saudaranya yang mukmin apa yang ia cintai untuk dirinya dan membenci untuknya apa yang ia benci untuk dirinya sendiri. Jika sifat tersebut hilang darinya, maka imannya berkurang[8]Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaمَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانُ.“Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan tidak memberi karena Allah, maka sungguh, telah sempurna imannya”[9]Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِيْ يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ.“Barang siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan hendaklah ia menunaikan dan berbuat kebaikan kepada orang lain apa yang ia senang bila orang lain berbuat baik kepadanya”[10]Dalam Shahîh Muslim juga disebutkan dari hadits Abu Dzarr Radhiyallahu anhu ia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadakuيَا أَبَا ذَرٍّ! إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيْفًا، وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِيْ، لاَ تَتَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ، وَلاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيْمٍ.“Wahai, Abu Dzarr! Sungguh, aku melihat engkau sebagai orang yang lemah dan aku mencintai untuk dirimu apa yang aku cintai untuk diriku. Janganlah engkau memimpin dua orang, dan jangan pula memegang harta anak yatim”[11]Dari an-Nu’man bin Basyir dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabdaمَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”[12]Ini menunjukkan, bahwa orang mukmin terganggu dengan apa saja yang mengganggu saudaranya yang mukmin dan sedih oleh apa saja yang membuat saudaranya hadits Anas Radhiyallahu anhu yang sedang kita bicarakan ini menunjukkan, bahwa orang mukmin dibuat gembira oleh sesuatu yang membuat gembira saudaranya yang mukmin dan menginginkan kebaikan untuk saudaranya yang mukmin seperti yang ia inginkan untuk dirinya sendiri. Ini semua terjadi karena seorang mukmin hatinya harus bersih dari dengki, penipuan, dan hasad. Hasad membuat pelakunya tidak mau diungguli siapa pun dalam kebaikan atau diimbangi di dalamnya, karena orang yang hasad senang lebih unggul atas seluruh kelebihannya dan ia sendiri yang memilikinya tanpa siapa pun dari iman menghendaki kebalikannya yaitu agar ia diikuti seluruh kaum mukminin dalam kebaikan yang diberikan Allah kepadanya tanpa mengurangi sedikit pun kebaikannya.[13]Dalam Al-Qur`ân Allah Ta’ala memuji orang-orang yang tidak ingin sombong dan tidak membuat kerusakan di bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanتِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak membuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa”.[Al-Qashshash/2883].Mengenai ayat ini, Ikrimah dan selainnya dari para ahli tafsir mengatakan “Maksud dari kata al-uluwwu fil ardhi, ialah sombong, mencari kehormatan, dan kedudukan pada pemiliknya. Sedangkan maksud al-fasâd, ialah mengerjakan berbagai kemaksiatan”[14]Ada dalil yang menunjukkan bahwa orang yang tidak ingin disaingi orang lain dalam ketampanan itu tidak Ahmad dan al-Hakim dalam Shahîh-nya dari hadits Ibnu Mas’ud, ia berkata “Aku datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ketika itu Malik bin Mirarah ar-Rahawi berada di tempat beliau. Aku dapati Malik bin Murarah ar-Rahawi berkata, Wahai Rasulullah! Aku telah diberi ketampanan seperti yang telah engkau lihat; oleh karena itu, aku tidak ingin salah seorang manusia mengungguliku dengan tali sandal dan selebihnya, apakah itu termasuk kezhaliman?’ Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak. Itu tidak termasuk kezhaliman, namun kezhaliman ialah orang yang sombong.’ Atau beliau bersabda, Namun kezhaliman ialah orang yang menolak kebenaran dan menghina manusia”[15]Imam Abu Dawud rahimahullah[16] meriwayatkan hadits semakna dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Di haditsnya disebutkan kata al-kibru sombong sebagai ganti dari kata al-baghyu kezhaliman. Pada hadits di atas Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengatakan ketidaksukaan Malik bin Murarah untuk disaingi siapa pun dalam ketampanan sebagai bentuk kezhaliman atau kesombongan. Beliau juga menafsirkan kesombongan dan kezhaliman dengan arti merendahkan kebenaran, yang tidak lain adalah sombong terhadapnya dan menolak menerima kebenaran karena sombong jika kebenaran tersebut bertentangan dengan hawa sinilah salah seorang ulama Salaf mengatakan “Tawadhu`, ialah engkau menerima kebenaran dari siapa pun yang membawanya kendati yang membawanya adalah anak kecil. Barang siapa menerima kebenaran dari siapa pun yang membawanya anak kecil, atau orang dewasa, orang yang dicintainya, atau orang yang dibencinya, maka ia orang yang tawadhu`. Dan barang siapa menolak menerima kebenaran karena sombong terhadapnya, maka ia orang yang sombong”.Sedangkan menghina manusia dan merendahkan mereka bisa terjadi dengan cara seseorang melihat pribadinya sebagai orang yang sempurna dan melihat orang lain sebagai orang yang tidak seorang mukmin harus mencintai untuk kaum mukminin apa yang ia cintai untuk dirinya dan tidak menyukai untuk mereka apa yang tidak ia sukai untuk dirinya. Jika ia melihat kekurangan dalam hal agama pada saudaranya, ia berusaha untuk seorang yang shâlih dari ulama Salaf berkata “Orang-orang yang mencintai Allah melihat dengan cahaya Allah, merasa kasihan dengan orang yang bermaksiat kepada Allah, membenci perbuatan-perbuatan mereka, merasa kasihan kepada mereka dengan cara menasihati mereka untuk melepaskan mereka dari perbuatannya, dan menyayangkan badan mereka sendiri jika sampai terkena neraka”[17]Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقْرَؤُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ.“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua orang orang yang diberi harta oleh Allah kemudian ia menginfakkannya di pertengahan malam dan pertengahan siang dan orang yang diberikan Al-Qur`ân oleh Allah kemudian ia membacanya di pertengahan malam dan pertengahan siang”[18]Dan beliau bersabda mengenai orang yang melihat orang lain menginfakkan hartanya dalam ketaatan kepada Allah, kemudian ia berkataلَوْ أَنَّ لِيْ مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ . فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ .“Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan. Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama”[19]Adapun dalam hal kelebihan dunia, maka tidak boleh mengharapkan kelebihan seperti itu karena Allah Ta’ala berfirman, yang artinya Maka keluarlah dia Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata “Mudah-mudahan kita memiliki harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan pahala yang besar itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar”. [Al-Qashshash/2879-80].Tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ“Dan janganlah kalian iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain…. -an-Nisâ`/4 ayat 32- yang dimaksud ayat di atas adalah hasad, yaitu seseorang menginginkan keluarga atau harta seperti yang diberikan kepada saudaranya, dan berharap semua itu berpindah tangan kepadanya. Ayat di atas juga ditafsirkan dengan keinginan yang dilarang syari’at dan melawan takdir, misalnya seorang wanita ingin menjadi laki-laki, atau kaum wanita menginginkan kelebihan-kelebihan agama seperti yang diberikan kepada kaum laki-laki misalnya jihad, atau kaum wanita menginginkan kelebihan-kelebihan duniawi seperti yang dimiliki kaum laki-laki seperti warisan, akal, kesaksian, dan lain sebagainya. Ada juga yang menyatakan bahwa ayat di atas merangkum itu demikian, seorang mukmin harus bersedih karena tidak memiliki kelebihan-kelebihan agama. Oleh karena itu, dalam agama, seorang muslim diperintahkan melihat kepada orang yang berada di atasnya dan berlomba-lomba di dalamnya dengan mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannya, seperti difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’alaوَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ“…Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”. [Al-Muthaffifîn/8326].Seorang muslim tidak boleh benci diikuti orang lain dalam masalah agama. Justru, ia menyukai seluruh manusia terlibat dalam persaingan dalam kelebihan-kelebihan agama dan menganjurkannya. Dan ingat, semua ini harus dilakukan semata-mata karena Allah Ta’ mengisyaratkan bahwa pemberian nasihat kepada manusia ialah hendaklah seorang mukmin suka kalau manusia berada di atas kedudukannya. Ini kedudukan dan derajat tertinggi dalam nasihat, namun tidak diwajibkan. Namun yang diperintahkan dalam syari’at ialah hendaklah seorang mukmin suka kalau manusia seperti dirinya dalam berbuat kebajikan. Kendati demikian, jika ada orang yang mengungguli dirinya dalam kelebihan agama, ia berusaha keras mengejarnya, sedih atas kelalaian dirinya, dan gundah atas ketertinggalannya dari menyusul orang-orang yang lebih dahulu dalam mukmin harus terus melihat dirinya lalai dari kedudukan tinggi karena sikap seperti itu membuahkan dua hal yang berharga 1 berusaha keras dalam mencari keutamaan-keutamaan dan meningkatkannya, dan 2 ia melihat dirinya sebagai orang yang kurang sempurna.[20]Jika seseorang mengetahui bahwa Allah memberikan kelebihan khusus kepada dirinya dan kelebihan itu tidak diberikan Allah kepada orang lain kemudian ia menceritakannya kepada orang lain untuk kemaslahatan agama, ia menceritakannya dalam konteks menceritakan nikmat, dan melihat dirinya lalai dalam bersyukur, maka hal ini Abbas Radhiyallahu anhuma berkata, “Aku membaca salah satu ayat Al-Qur`ân kemudian aku ingin seluruh manusia mengetahuinya seperti yang aku ketahui.”[21]FAWA`ID HADITS 1. Diperbolehkan menafikan sesuatu karena tidak adanya kesempurnaan padanya, seperti sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ. “Tidak ada shalat ketika makanan telah disajikan”[22] Maksudnya, shalatnya tidak sempurna, karena hati orang yang shalat tersebut akan menjadi sibuk oleh makanan yang telah tersaji itu, dan contoh-contoh seperti ini sangat banyak. 2. Seseorang wajib mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri. Sebab, dinafikannya iman dari orang yang tidak mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri menunjukkan wajibnya perbuatan tersebut, karena keimanan tidak boleh dinafikan kecuali karena hilangnya sesuatu yang wajib padanya atau adanya sesuatu yang menafikan keimanan tersebut. 3. Termasuk keimanan pula membenci untuk saudaranya apa yang dibenci untuk dirinya sendiri. 4. Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap sikap egois, membenci orang lain, hasad dan balas dendam, karena orang yang di dalam hatinya terdapat semua sifat ini berarti tidak mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, bahkan ia berharap nikmat yang Allah berikan pada saudaranya yang beriman itu hilang darinya. Nas-alullâhas-salâmah wal-âfiyah. 5. Setipa mukmin dan mukminah wajib menjauhi sifat hasad dengki, iri dan sifat buruk lainnya karena dapat mengurangi imannya. 6. Hadits ini menunjukkan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang; bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan sebab melakukan maksiat. 7. Mengamalkan kandungan hadits ini menjadikan menyebarnya rasa cinta diantara pribadi-pribadi dalam satu masyarakat Islami dan akan saling tolong-menolong dan bahu-membahu sehingga bagaikan satu tubuh. 8. Mencintai kebaikan untuk seorang muslim merupakan salah satu cabang keimanan. 9. Berlomba-lomba dalam kebajikan merupakan kesempurnaan iman. 10. Anjuran untuk mempersatukan hati manusia dan memperkuat hubungan antara kaum mukminin. 11. Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang. 12. Umat Islam hendaknya menjadi laksana satu bangunan dan satu tubuh. Ini diambil dari bentuk keimanan yang sempurna yaitu mencintai untuk saudaranya apa yang dicintai untuk dirinya sendiri. Wallâhu a’ dan fî Syarhil Arba’în an-Nawawiyyah, karya Dr. Musthafa al-Bugha dan Muhyidin Ulum wal Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali. Tahqîq Syu’aib al-Arnauth dan Ibrahim Abi Abu Ya’ wa Fawâ`id minal-Arba’în an-Nawawiyyah, karya Nazhim Muhammad Ibni Hibban dengan at-Ta’liqâtul-Hisân ala Shahîh Ibni al-Ahâdîts Arba’în an-Nawawiyyah, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al- Ibni Jarir kitab-kitab lainnya.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah I/1/155-156. [2] Lihat Jâmi’ul Ulûm wal-Hikam I/302. [3] Shahîh. HR al-Bukhâri no. 2475, Muslim no. Muslim no. 57, Ahmad II/376, dan Ibnu Hibban no. 186-At-Ta’lîqâtul-Hisân, dari Sahabat Abu Hurairah. [4] Shahîh. HR. Al-Bukhâri no. 6016, Muslim no. 46, dan Ahmad II/288 dari Sahabat Abu Hurairah. [5] Syarah Shahîh Muslim II/16. [6] Fat-hul Bâri I/57. [7] Syarah Shahîh Muslim II/17. [8] Lihat Jâmi’ul Ulûm wal-Hikâm I/303. [9] Hasan. HR Abu Dawud no. 4681 dan al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah no. 3469 dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu . Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts ash- Shahîhah no. 380, dan hadits ini memiliki beberapa syawahid. [10] Shahîh. HR Muslim no. 1844, Ahmad II/161, Abu Dawud no. 4248, an-Nasâ`i VII/153, dan Ibnu Majah no. 3956 dari Sahahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu anhuma [11] Shahîh. HR Muslim no. 1826, Abu Dawud no. 2868, an-Nasâ`i VI/255, dan Ibnu Hibban no. 5538-at-Ta’lîqâtul-Hisân. [12] Shahîh. HR al-Bukhâri no. 6011, Muslim no. 2586 dan Ahmad IV/270, dari Sahabat an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhu , lafazh ini milik Muslim [13] Jâmi’ul Ulûm wal-Hikam I/306. [14] Lihat Tafsîr ath-Thabari X/114-115. [15] Shahîh. HR Ahmad I/385 dan al-Hakim IV/182. [16] Sunan Abi Dawud no. 4092 dengan sanad yang shahîh. [17] Jâmi’ul Ulûm wal-Hikam I/308. [18] Shahîh. HR Ahmad I/385, 432, al-Bukhâri no. 73, Muslim no. 816, Ibnu Majah no. 4208, dan Ibnu Hibban no. 90-at-Ta’lîqâtul-Hisân dari Sahabat Ibnu Mas’ud. [19] Shahîh. Diriwayatkan oleh Ahmad IV/230-231, at-Tirmidzi no. 2325, Ibnu Majah no. 4228, al-Baihaqi IV/ 189, al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah XIV/289, dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul- Kabir XXII/ 345-346, no. 868-870, dari Sahabat Abu Kabsyah al-Anmari Radhiyallahu anhu [20] Lihat Jâmi’ul Ulûm wal-Hikam I/308-309. [21] Jâmi’ul Ulûm wal Hikam I/310. [22] Shahîh. HR Muslim no. 560 Rifan Aditya Senin, 21 Maret 2022 1614 WIB Ilustrasi ramadan, hadits tentang ramadhan Freepik Ada banyak hadits yang membahasan tentang bulan Ramadhan. Untuk selengkapnya, berikut ini kumpulan hadits tentang Ramadhan yang perlu diketahui. - Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia dan banyaka keistimewaannya dibanding yang bulan-bulan lainnya. Ada banyak juga hadits yang membahasan tentang bulan Ramadhan. Untuk selengkapnya, berikut ini kumpulan hadits tentang Ramadhan yang perlu diketahui umat Muslim. Sejumlah hadis memaparkan mengenai keistimewaan Ramadan. Salah satunya dibukakannyaa pintu surga serta ditutupnya pintu neraka. Bulan Ramadhan juga jadi peluang menebus dosa dan perbanyak sedekah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa hadits tentang Ramadhan tersebut banyak diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Tirmidzi, hingga Bukhari. Ada hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad yang membicarakan bahwa Allah SWT mewajibkan kepada seluruh umat muslim untuk melakukan puasa Ramadhan karena bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan mulia. Bahkan, pintu-pintu surga pun dibuka untuk orang yang menjalankannya serta perbanyak ibadah. Nah, berikut ini kumpulan hadits tentang Ramadhan yang penting untuk diketahui umat Muslim yang dilansir dari berbagai sumber. Simak baik-baik! Baca Juga Konten Tes Kejujuran Penjaga Warung Viral, CEO Sambal Bakar Indonesia Richard Theodore Dirujak Netizen “Ketika Ramadhan masuk, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dirantai.” HR. Al-Bukhari dan Muslim“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa selamanya. ” HR. Muslim"Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa pertama ketika dia berbuka, dan yang lainnya ketika dia bertemu Tuhannya, dan bau nafas orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah daripada aroma wanginya. kesturi." HR. Al-Bukhari "Barang siapa yang mendirikan shalat di bulan Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." HR. BukhariIbnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi bersabda "Janganlah kamu memulai puasa kecuali kamu melihat hilal, dan janganlah kamu mengakhiri puasa sampai kamu melihatnya. Jika cuaca mendung maka hitung kapan seharusnya muncul." HR. Bukhari dan Muslim.Zaid bin Khalid Juhni meriwayatkan bahwa Nabi bersabda "Barang siapa yang membatalkan siyam orang lain, maka dia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang menjalankan siyam tanpa mengurangi pahala orang lain itu." HR. Tirmidzi."Puasa adalah perisai yang dengannya seorang hamba melindungi dirinya dari api neraka." HR. Imam AhmadDemikian informasi mengenai kumpulan hadits tentang Ramadhan yang perlu diketahui umat muslim. Diketahui, bulan puasa Ramadhan bertepatan dengan tanggal 2 April 2022. Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Kontributor Ulil Azmi

hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim