KeboIwa adalah salah seorang panglima militer Bali pada masa pemerintahan Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad ke-14. Nama lain dari Kebo Iwa adalah Kebo Wandira atau Kebo Taruna yang bermakna kerbau yang perjaka. Pada masa itu, nama-nama binatang tertentu seperti kebo (kerbau), gajah, mahisa (banteng), banyak (angsa) lazim dipakai sebagai titel kehormatan khususnya di Bali ataupun Jawa. TRIBUNJATENGCOM - Inilah dongeng legenda Kebo Iwa cerita rakyat Indonesia dari daerah Bali. Pada zaman dahulu kala di Bali hiduplah sepasang suami istri yang telah lama tidak memiliki keturunan. Mereka sudah lama menikah namun belum juga memiliki anak. Setiap hari mereka berdoa meminta Tuhan untuk memberi mereka anak. KeboIwa was more powerful than they were. The Maha Patih of Majapahit then planned something. They were pretending to invite Kebo Iwa to Majapahit to help them dig some wells. They said that Majapahit was suffering from a long dry season and needed water. Kebo Iwa did not know the plan, so he went to Majapahit to help them. When Kebo Iwa was busy digging a well, the Majapahit troops covered the well. Mendapatisosok besar Kebo Iwa tertidur, sang Kepala Desa memerintah para warga melempar batu kapur ke lubang galian. Air dalam lubang galian semakin banyak dan begitu juga batu kapur yang dimasukkan oleh warga. Hal tersebut mengakibatkan hidung sosok Kebo Iwa kemudian menjadi tersumbat hingga ia tersedak lalu terbangun. Akan tetapi terlambat. Tanahdijual Jual tanah murah kebo iwa Denpasar Barat berlokasi di Jl. kebo iwa utara, Denpasar Barat, Denpasar, Bali Lihat detail lengkap, foto, lokasi & fasilitas di Luas tanah yang ada pada Jual tanah murah kebo iwa Denpasar Barat adalah sebesar 100 m² meter persegi. Dalamkisah legenda yang ada di Bali, terbentuknya Danau Batur tak lepas dari sosok Kebo Iwa, raksasa yang suka menolong para penduduk sekitar. Kebo Iwa lahir dari pasangan suami-istri di desa sekitar Danau Batur yang sudah lama sangat menginginkan keturunan. Hingga akhirnya sang istri hamil dan melahirkan anak. Inticerita atau tema dari cerita Kebo Iwa dari Bali ini adalah tentang tidak bisa mengendalikan nafsu. Hal itu dapat kamu lihat saat Iwa melahap semua makanan sampai habis dan tidak pernah merasa puas. 2. Tokoh dan Perwatakan. Tokoh utama dalam cerita rakyat dari Bali ini tentu saja Kebo Iwa. Ia sebenarnya adalah orang yang baik. KeboIwa menyanggupi tanpa curiga. Setibanya di Majapahit, ia menggali banyak sumur. Sungguh pekerjaan yang berat, karena ia harus menggali dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Kebo Iwa sesak napasnya. Kemudian ia pun meninggal di dasar sumur. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. Danmereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa menaklukkan Bali dengan Kebo Iwa disana. Kebo Iwa terlalu kuat untuk mereka. Gajah Mada, Maha Patih Majapahit kemudian merencanakan sesuatu. Mereka berpura-pura mengundang Kebo Iwa ke Majapahit untuk membantu menggali sumur. Mereka mengatakan bahwa Majapahit mengalami kemarau panjang dan membutuhkan banyak air. Kebo Iwa tidak tahu rencananya, jadi dia pergi ke Majapahit tanpa ada kecurigaan. CeritaRakyat Bali: Legenda Kebo Iwa. Pada jaman dahulu, di Bali, hiduplah sepasang suami istri yang sangat kaya raya. Akan tetapi mereka belum dikaruniani anak. Untuk itu, pergilah mereka ke pura untuk sembahyang dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dikaruniai seorang anak. ApApril 28, 2021 harianrakyatbali. Dalam perjalanan sejarah Bali, Anda tidak bisa mengesampingkan sosok yang begitu fenomenal, tak lain adalah Patih Kebo Iwa. Sosok yang satu ini terkenal dengan tubuhnya yang tinggi bak raksasa dan dikenal sebagai pelindung Kerajaan Bali di masa lalu. Alkisah Kebo Iwa berasal dari desa Bedahulu KeboIwa menyanggupinya tanpa curiga. Saat di Majapahit, ia menggali sumur dan menggalinya dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Lalu, Kebo Iwa sesak napasnya dan ia pun meninggal. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. KisahKebo Iwa dan Danau Batur dari Bali - Animasi Cerita Indonesia (ACI) Cerita ini mengisahkan bagaimana danau Batur tercipta. Konon kisahnya si Kebo Iwa ini suka makan dan karena suka makan ini Thevillagers then worked together to cook and build a big house for Kebo Iwa. He was like a giant. He could not stay with his parents anymore because his body is too big. Sadly, after a few months, the villagers also could not afford to cook him the food. They then asked Kebo Iwa to cook his own food. The villagers just prepared the raw materials. Suatuhari ketika Kebo Iwa sedang tidur nyenyak di dalam sumur, kepala kampung segera mengumpulkan warganya di tepi sumur lalu memerintahkan warga untuk melempari Kebo Iwa dengan kapur. Mulanya Kebo Iwa tidak sadar akan bahaya tersebut. Namun setelah kapur yang dilempari penduduk sudah sampai ke hidungnya Kebo Iwa terbangun dan meronta kepanasan. v25t4. Bali - Salah satu cerita rakyat Bali yang terkenal adalah Legenda Danau Batur. Cerita rakyat ini mengandung pesan moral untuk para pembaca. Danau Batur terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Yuk simak cerita lengkap Legenda Danau Batur, seperti dirangkum dari laman zaman dahulu hidup sepasang suami istri yang telah lama berumah tangga, namun tak kunjung dikarunia anak. Tanpa putus asa, mereka terus berdoa diberikan keturunan, hingga akhirnya doa tersebut dikabulkan Sang Hyang Widi Wasa. Mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Anak kedua pasangan ini tumbuh sangat cepat dan memiliki nafsu makan yang kuat. Sejak bayi dia memiliki nafsu makan setara sepuluh orang dewasa. Ketika beranjak usia, nafsu makan anak laki-laki tersebut semakin menjadi-jadi, hingga dia diberi mana Kebo Iwa, yang berarti paman dewasa dan bertambah besar tubuhnya, Kebo Iwa semakin kuat makan. Kebutuhan makannya dalam sehari menyamai kebutuhan makan seratus orang dewasa. Hal ini membuat kedua orang tuanya Iwa terkenal pemarah, apalagi jika tidak mendapatkan cukup makanan. Ia bisa merusak apa saja yang dilihatnya, bahkan tak terkecuali rumah-rumah penduduk dan pura tempat ibadah. Penduduk desa dibuat ketakutan dengan sifat Kebo Iwa ketika begitu, Kebo Iwa tak segan jika diminta untuk membantu pekerjaan warga desa, seperti membuat sumur, memindahkan rumah, meratakan tanah berbukit-bukit, membendung sungai, atau mengangkut batu-batu besar. Ia cekatan mengerjakan semua pekerjaan berat itu, namun dengan imbalan makanan dalam jumlah besar yang membuatnya ketika, penduduk yang bekerja sebagai petani kesulitan menyediakan makanan untuk Kebo Iwa karena musim paceklik. Mereka menjadi sangat khawatir dan ketakutan jika Kebo Iwa marah. Hingga akhirnya warga desa merencanakan siasat untuk menghadapi Kebo Iwa, bahkan berembuk, warga desa menemukan cara untuk menghadapi KeboIwa. Mereka bergotong royong mengumpulkan makanan hingga terkumpul banyak, sementara warga desa juga gotong royong mengumpulkan batu-batu kapur. Setelah semua tersedia, kepala desa dan warga menemui KeboIwa. Simak Video "Kondisi 35 Rumah Semi Permanen di Denpasar Ludes Terbakar" [GambasVideo 20detik] Kebo Iwa BaliPada suatu masa, hiduplah sepasang suami istri yang hidup rukun. Mereka hidup serba berkecukupan. Akan tetapi, kehidupan mereka terasa hampa karena belum dikaruniai seorang anak. Padahal mereka telah lama tidak henti-hentinya meminta kepada Sang Hyang Widi Wasa agar berkenan dikaruniai seorang anak. Sebab, kehidupan mereka terasa tidak sempurna karena kehadiran seorang anak. Tidak lama kemudian, sang istri akhirnya mengandung. Mereka bahagia dengan kehadiran anak yang akan segera lahir yang diidam-idamkan tersebut akhirnya lahir dengan jenis kelamin laki-laki. Namun, walaupun masih bayi, dia memiliki nafsu makan yang sangat tinggi. Nafsu makannya setara dengan 10 porsi orang dewasa. Semakin lama anak itu pun akhirnya menjadi kanak-kanak, nafsu makannya selalu bertambah. Bahkan tubuh sang anak tampak terlihat sangat gemuk. Anak tersebut diberi nama Kebo Iwa, yang artinya paman laun, Kebo Iwa membuat orang tuanya mengalami kesusahan untuk memenuhi nafsu makan anaknya. Sang anak memakan makanan yang sangat jauh dari porsi normal orang dewasa, yaitu 100 kali porsi orang dewasa per harinya. Badanya pun sangat besar dan nafsu makannya yang sangat tinggi, Kebo Iwa tidak segan-segan marah apabila porsi makanannya tidak mencukupi. Dia dikenal sangat pemarah. Jika marah, Kebo Iwa tidak segan-segan merusak rumah warga. Bahkan pura tempat peribadatan pun menjadi sasaran amukannya. Banyak warga yang ketakutan apabila Kebo Iwa telah marah. Akan tetapi, Kebo Iwa masih mau membantu warga apabila ada yang membutuhkan tenaganya. Kebo Iwa dapat memindahkan rumah, membuat sumur, meratakan tanah, mengangkut batu-batu besar, serta membendung sungai. Upah yang diminta Kebo Iwa tentu saja makanan dalam jumlah yang banyak kepada warga yang meminta pertolongannya, sampai rasa laparnya besar penduduk di desa tempat tingga Kebo Iwa adalah petani. Jika musim paceklik tiba, para warga mulai kewalahan memberi makan untuk Kebo Iwa. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bagi keluarga mereka saja sudah susah ketika di musim paceklik, apalagi memenuhi kebutuhan makan Kebo Iwa. Kebo Iwa akan sangat marah apabila makanan yang dia peroleh tidak cukup untuk memenuhi rasa laparnya. Penduduk akan sangat ketakutan apabila Kebo Iwa marah. Kebo Iwa akan mengamuk sejadi-jadinya dengan menghancurkan rumah dampak yang akan dialami ketika Kebo Iwa telah marah, para penduduk desa mulai melakukan musyawarah untuk memecahkan masalah. Mereka melakukan siasat untuk menghadapi Kebo Iwa. Mereka juga berniat agar Kebo Iwa sebaiknya disingkirkan dari desa desa akhirnya menemukan cara untuk menyingkirkan Kebo Iwa dari desa mereka. Mereka sepakat untuk mengumpulkan makanan sedikit demi sedikit untuk diberikan kepada Kebo Iwa. Selain makanan, penduduk desa juga mengumpulkan batu-batu kapur. Setelah makanan dan batu kapur telah terkumpul banyak. Mereka akhirnya pergi ke menemui Kebo Iwa, didampingi oleh kepala desa menemukan Kebo Iwa sedang menyantap hewan ternak milik warga sambil duduk santai. Kebo Iwa tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Ketika melihat warga yang datang menghadapnya, Kebo Iwa mulai bertanya tentang perihal kedatangan para warga.“Kenapa kalian ke sini ? apakah kalian membawa makanan untukku ?! aku masih lapar !” kata Kebo Iwa tanpa malu-malu.“Begini Kebo Iwa, kami tentu saja membawa makanan yang lebih dari cukup untukmu, asalkan kau mau membantu kami,” jawab kepala desa kepada Kebo Iwa.“Kalau kalian mau memberikan makanan yang banyak dan cukup, tentu saja saya mau membantu kalian ! Apa yang harus aku bantu ?” tanya Kebo Iwa.“Pada saat sekarang, kami mengalami musim paceklik. Dengan keadaan itu, kami tidak bisa memberimu makanan yang cukup. Kamu paham kan Kebo Iwa ?” jelas kepala desa.“Saya tidak peduli apakah sekarang musim paceklik atau bukan, yang penting kalian harus memberiku makan yang cukup. Jika tidak, rumah kalian akan aku rusak semua !” kata Kebo Iwa tanpa perasaan.“Baiklah, agar kami bisa memberimu makanan yang cukup, tentu saja kami membutuhkan hasil panen yang berlimpah. Namun, ketersediaan air sangat terbatas untuk mengairi tanah pertanian kami. Untuk itu, kami meminta bantuanmu agar membuatkan sebuah sumur yang sangat besar. Karena kita telah meyakini bahwa di dalam tanah di desa ini, ada sebuah mata air yang sangat besar. Sehingga kami meminta bantuanmu untuk menggali sumur besar itu. Jika sumur itu telah digali, kebutuhan air untuk pertanian di desa ini akan terpenuhi dan kami dapat memberimu makan yang lebih dari cukup,” jelas kepala desa dengan panjang mata yang berbinar, Kebo Iwa sangat senang dan segera ingin membantu warga untuk membuat sumur besar tersebut.“Baiklah kalau begitu, saya senang membantu untuk membangun sumur itu.”Akhirnya, Kebo Iwa dengan semangat menggali tanah yang ditentukan oleh warga untuk menggali sumur besar. Kebo Iwa dapat menggali tanah dalam jumlah yang besar. Seluruh tenaganya dikerahkan untuk menggali sumur lama kemudian, sekelompok warga mengmpulkan batu-batu kapur dalam jumlah yang sangat banyak. Batu-batu kapur itu diletakan tepat di samping lubang yang dibuat oleh Kebo Iwa untuk menggali sumur. Kebo Iwa pun bertanya tentang perihal batu-batu kapur yang dikumpulkan warga itu.“Untuk apa batu-batu kapur itu?” tanya Kebo Iwa.“Kami berniat membangun rumahmu dengan menggunakan batu-batu kapur ini, sebagai balasan jasa atas penggalian sumur besar yang kamu bangun, Kebo Iwa,” kata salah seorang Iwa sangat senang bendengar penjelasan warga tersebut. Ternyata, dia tidak hanya diberi upah makan yang banyak, namun juga rumah untuk tempat tinggal. Dia menjadi semakin bersemangat untuk menggali tanah yang digali oleh Kebo Iwa memunculkan mata air yang jernih dan deras. Sumur yang dibuat oleh Kebo Iwa menjadi kolam air yang sangat Iwa merasa letih karena menggali sumur yang sangat besar dan dalam tersebut. Para penduduk desa akhirnya mengumpulkan dan memberi makanan kepada Kebo Iwa. Banyak sekali makanan yang mereka berikan. Kebo Iwa dengan lahap memakan makanan-makanan letih dan sangat kenyang, akhirnya Kebo Iwa tertidur. Dia tertidur dengan suara dengkuran yang keras. Melihat keadaan demikian, akhirnya kepala desa memerintahkan warganya untuk melemparkan batu-batu kapur itu ke arah Kebo Iwa yang tengah tertidur lelap. Kebo Iwa tidak menyadari kejadian warga yang melemparinya dengan batu-batu kapur itu. Air yang memancar dari dasar mata air terus keluar deras, sementara batu-batu kapur itu semakin lama semakin banyak dilempari ke arah Kebo Iwa. Hidung Kebo Iwa dimasuki oleh salah satu batu kapur yang dilempari warga. Dengan kejadian tersebut, Kebo Iwa menjadi tersedak. Dia terbangun. Namun apalah daya, meskipun Kebo Iwa memiliki kekuatan yang besar, dia tidak mampu menanggulangi air yang keluar serta batu-batu kapur yang menghujani tubuhnya. Kebo Iwa akhirnya tewas tertimbun bebatuan yang memancar dari tanah tersebut terus ke luar, membanjiri tanah desa tersebut. Sehingga munculah danau yang sangat besar. Danau tersebut akhirnya diberi nama Danau Batur. Gundukan tanah hasil penggalian sumur oleh kebo Iwa itu akhirnya menjadi sebuah gunung. Gunung itu diberi nama Gunung Batur. Kebo Iwa[sunting] Lahirnya Kebo Iwa Sang Putra Bali Yang Istimewa[sunting] Kerajaan Bedahulu adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Bali. Kerajaan ini dipimpin oleh raja yang bergelar Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang artinya permata yang perkasa dari Bali. Berkat kepemimpinannya masyarakat Bali hidup sejahtera. Mereka sebagian besar bekerja sebagai petani mengolah sawah yang airnya bersumber dari Sungai Pakerisan. Sungai Pakerisan adalah sungai yang disucikan yang asal-usulnya bersumber dari cerita Mayadenawa leluhur raja Bedahulu. Aliran sungai Pakerisan telah memberikan kesuburan bagi tanah Bedahulu. Rakyat banyak membangun pemukiman di sekitar sungai Pakerisan. Salah satunya adalah Sri Karang Buncing, dia hidup bersama istrinya. Sudah lama mereka tidak dikarunia seorang anak. Penghasilan yang dikumpulkan dari mengolah lahan kerajaan seperti tidak ada artinya. Istri Sri Karang Buncing sering mengeluhkan itu kepada suaminya namun pada akhirnya mereka hanya bisa berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Desa Bedahulu adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Setiap bulan purnama kerajaan menggelar upacara di Pura Gaduh. Pura Gaduh adalah pura terbesar di kerajaan Bedahulu. Sri Karang Buncing menghaturkan sebagian hasil dari sawah yang diolahnya berupa beras, kelapa, pisang, dan jagung. Sri Karang Buncing memang terkenal sebagai warga yang senang beramal. Upacara di pura Gaduh memberi berkat sendiri bagi Sri Karang Buncing. Istrinya ternyata mengandung, kebahagiaan Sri Karang Buncing tidak terkira. Sri Karang Buncing bekerja lebih giat lagi mengolah tanah kerajaan. Sehingga semakin banyak hasil yang bisa dia persembahkan ketika upacara di Pura Gaduh. Sebagian hasilnya akan dia kumpulkan untuk membesarkan anaknya. Beberapa bulan kemudian istri Sri Karang Buncing melahirkan seorang putra. Tepat di hari tilem atau bulan mati. Sri Karang Buncing ketika itu sedang membajak sawah dengan kerbaunya. Mendengar kabar bahagia itu Sri Karang Buncing bergegas pulang. Anak itu diberi nama Kebo Iwa. Kebo Iwa tumbuh besar dan kuat, selera makannya sangat tinggi. Sri Karang Buncing sampai kewalahan menyiapkan kebutuhan anaknya. Penghasilan yang dikumpulkannya bertahun-tahun segera habis. Sri Karang Buncing bekerja dengan keras demi membesarkan anaknya. Ibunya sering berhutang kepada tetangga untuk membeli beras. Kebo Iwa tidak seperti anak kebanyakan, mungkin karena lahir dari berkat Pura Gaduh. Badannya tinggi besar itu membuatnya segera bisa membantu ayahnya bekerja. Kebo Iwa sadar sudah menyusahkan orang tuanya, dia pun lebih banyak bekerja dari pada bermain dengan teman sebayanya. Setiap sore Kebo Iwa menemani ayahnya memandikan kerbau-kerbau. Dia pun bertanya kenapa dia diberi nama Kebo Iwa. Ayahnya menjawab nama itu terinspirasi dari kerbau. Kerbau adalah binatang yang sangat berjasa bagi petani. Kerbau binatang yang suci, kuat dan banyak jasanya. Ayah ingin Kebo Iwa bisa meniru sifat kerbau itu kuat, berhati mulia dan memberi manfaat bagi orang banyak. Sri Karang Buncing menasihati Kebo Iwa supaya tidak malu dengan kondisinya. Badannya yang tinggi besar sering menjadi bahan olok-olokan temannya. Ayahnya berpesan supaya Kebo Iwa tidak membalas perlakuan temannya. Kebo Iwa harus rajin belajar menunjukkan prestasi adalah cara yang tepat untuk membalas olok-olokan temannya. Setiap malam Kebo Iwa belajar bersama ibunya ia senang belajar ilmu alam. Belajar sambil mengamati lingkungan sekitar. Kebo Iwa senang melihat bulan dan menyadari bentuk bulan yang berubah-ubah. Dia mencatat perubahan itu terjadi berselang 15 hari. Bulan dalam kondisi penuh disebut dengan bulan purnama. Bulan dalam kondisi kosong disebut dengan bulan mati atau tilem. Ibu mengajari Kebo Iwa ilmu Wariga atau perhitungan hari baik dalam agama Hindu. Umat Hindu tidak hanya merayakan upacara setiap Purnama dan Tilem. Ada perhitungan lainnya yang terdapat dalam ilmu Wariga. Perhitungan itu adalah Wara, Wuku, Sasih dan Tahun Saka. Wara perhitungannya dalam 1 hari, Wuku dalam 1 minggu atau 7 hari, 'Sasih' perhitungan bulan dan pergantian Tahun 'Saka' dirayakan dengan hari raya Nyepi. Kebo Iwa bertanya apakah ada hubungan hari kelahiran dengan warna kulit. Kebo Iwa mengira kulitnya hitam karena lahir pada bulan mati. Ibunya tersenyum melihat kepolosan Kebo Iwa. Ibunya menjawab itu karena turunan ayahnya yang berkulit hitam. Kulit yang sebagian besar dimiliki oleh petani atau kaum Sudra. Semakin hari ibu semakin kesulitan menjawab rasa ingin tahu Kebo Iwa. Dia ingin menyekolahkan Kebo Iwa. Akan tetapi orang dari Sudra Warna tidak boleh bersekolah ketika itu. Masyarakat Bali dikelompokkan ke dalam Catur Warna, Catur Warna adalah pembagian struktur masyarakat berdasarkan profesi. Sudra Warna adalah susunan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan buruh. Ketika itu yang boleh belajar adalah golongan Brahmana dan Ksatria. Brahmana adalah golongan orang suci dan Ksatria adalah golongan raja. Ibu Kebo Iwa pergi ke sebuah sekolah yang dipimpin oleh Ki Soma Kepakisan. Sekolah itu hanya menerima kaum 'Brahmana' dan 'Ksatria' menjadi muridnya. Ibu memohon supaya Kebo Iwa diterima, namun ditolak. Ibu disuruh pulang, namun ibu menolak. Ketika orang sibuk bekerja di dapur, Ibu Kebo Iwa ikut membantu. Begitupun pekerjaan lain seperti menyapu, bertani, memberi makan sapi. Semua dikerjakan sampai berhari-hari. Melihat kesungguhan ibu, Ki Soma Kepakisan luluh hatinya. Kebo Iwa diijinkan bersekolah namun harus melewati tes. Ibu Kebo Iwa pulang dengan senang hati. Kebo Iwa mendatangi ibunya menanyakan kenapa ibu tidak pulang-pulang. Sambil menangis ibu memeluk Kebo Iwa dan mengatakan bahwa dia sudah bisa bersekolah. Kebo Iwa anak istimewa dia pasti mampu melewati tes masuk sekolah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa Belajar dari Ki Soma Kepakisan[sunting] Kebo Iwa pamitan kepada orang tuanya, dia akan bersekolah selama 6 tahun. Ayah dan Ibu menasihatinya supaya rajin belajar dan patuh dengan perintah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa harus menjadi anak yang pintar untuk membanggakan keluarga dan desanya. Dia adalah satu-satunya anak dari Sudra Warna yang diijinkan mengenyam pendidikan. Kebo Iwa juga berpamitan kepada warga desa, juga kepada teman yang mengolok-ngoloknya dulu. Mereka merasa malu dengan perbuatannya. Kebo Iwa berjanji akan kembali dan membangun desanya. Dia akan membangun sebuah sekolah untuk warga desa belajar. Perjalanan ke asrama cukup jauh, apalagi Kebo Iwa berangkat subuh. Dia ingin sampai ke sekolah tepat ketika pembelajaran dimulai. Kebo Iwa bergegas berjalan menyusuri pinggir sungai Pekerisan. Sekolah itu tepat berada di hulu sungai Pakerisan. Gerbang sekolah dibuka bertepatan dengan kedatangan Kebo Iwa. Dia segera menemui Ki Soma Kepakisan. Murid-murid duduk membentuk lingkaran di tengahnya Ki Soma Kepakisan duduk pada kursi batu. Kebo Iwa menghadap menyampaikan hormat. Murid-murid merasa heran dengan kehadiran Kebo Iwa yang terlihat berasal dari keluarga miskin. Kebo Iwa memperkenalkan diri kepada teman-temannya. Dia melihat sebagian menertawakan penampilannya. Namun Kebo Iwa membalasnya dengan senyum. Sebagai awal pembelajaran Ki Soma Kepakisan menanyakan keahlian Kebo Iwa. Kebo Iwa sangat ahli dalam bidang pertanian, selain itu dia suka mengukir batu. Ki Soma Kepakisan menyuruh Kebo Iwa mengambil batu di Sungai Pakerisan dan menunjukkan keahlian ukirnya. Kebo Iwa datang membawa batu yang sangat besar. Teman-temannya tertawa, bagaimana dia bisa memahat batu yang besar. Batu yang besar diletakkan di tengah lingkaran di depan Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa menunjukkan keahlian yang belum dia perlihatkan kepada siapa pun, termasuk orang tuanya. Dia memahat batu itu dengan kukunya. Pertama dia membelah batu itu membentuk kubus. Dari kubus itu Kebo Iwa membuat garis-garis untuk menentukan bagian yang akan dipahat. Kebo Iwa tekun memahat batu dengan kukunya. Hal itu menarik perhatian murid-murid dari tingkat di atasnya. Menjelang siang batu itu sudah berubah wujud menjadi bentuk yang sangat dikenal murid-murid sekolah. Batu itu kini menjadi patung Ki Soma Kepakisan yang berdiri lengkap dengan tongkatnya. Ki Soma Kepakisan membenarkan kata-kata ibu Kebo Iwa, bahwa anaknya adalah anak yang istimewa. Kebo Iwa sangat berbakat dalam rancang bangun. Dia akan menjadi undagi atau ahli bangunan yang hebat. Ki Soma Kepakisan mengajarkan Kebo Iwa ilmu matematika, seni memahat, dan seni bangunan. Ibu Kebo iwa sudah berjanji bahwa Kebo Iwa tidak hanya belajar disana, Kebo Iwa juga bekerja. Subuh sebelum pelajaran dimulai Kebo Iwa sudah di dapur membantu memasak. Setelah itu dia mencarikan rumput sapi-sapi milik sekolah. Kebo Iwa juga sering membantu memerah susu sapi. Perlahan teman-teman Kebo Iwa mulai mengaguminya, mereka malu karena sudah menghina Kebo Iwa. Mereka pun tak segan meminta pelajaran dari Kebo Iwa walaupun warna atau status mereka berbeda. Warna tidak ditentukan oleh keturunan atau kekayaan melainkan dari keahlian yang dimiliki. Tidak terasa 6 tahun sudah masa Kebo Iwa belajar. Kini dia sudah menjadi undagi atau ahli bangunan yang hebat tidak hanya itu dia tumbuh menjadi orang yang baik hati. Ki Soma Kepakisan menyarankan Kebo Iwa mengikuti seleksi menjadi undagi istana. Kerajaan Bedahulu sedang membangun candi untuk menghormati raja Anak Wungsu yang wafat. Anak Wungsu adalah kakek dari raja Bedahulu. Kebo Iwa Pahlawan Desa Blahbatuh[sunting] Warga desa menyambut kedatangan Kebo Iwa, mereka menyambut dengan syukuran sederhana. Warga desa duduk di balai desa menikmati makanan yang disediakan oleh Sri Karang Buncing. Upacara penyambutan yang bahagia itu sebenarnya menyimpan kisah haru karena dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kepala desa yang baru adalah pemimpin yang kejam, warga diharuskan menyetor pajak 2 kali lipat. Warga desa diawasi oleh pasukan pemungut pajak. Tidak ada satu pun yang berani melawan kepala desa itu karena sudah pasti akan disakiti. Kebo Iwa akhirnya tahu kenapa desanya kini berubah, rumah-rumah desa banyak yang rusak. Sawah dan ladang terlihat kering inilah sebabnya desanya tidak semakmur dulu. Warga desa hidup dalam kondisi tertindas. Melihat hal ini Kebo Iwa tidak bisa tinggal diam, dia berjanji akan menyelesaikan masalah desa. Dia akan menemui kepala desa yang lalim itu. Kebo Iwa juga berjanji akan melatih pemuda desa ilmu bela diri, sehingga mereka bisa menjaga desanya dari tekanan pemungut pajak. Ujian untuk menjadi undagi kerajaan tinggal sebulan dalam waktu itu Kebo Iwa terasa cukup untuk membangun desa. Kebo Iwa mendatangi pemungut pajak menyuruhnya berhenti memeras warga desa. Kepala desa tidak terima kemudian memerintahkan pasukan menyerang Kebo Iwa. Pertarungan tidak bisa dihindari, pasukan menyerang Kebo Iwa dari berbagai sisi mereka bersenjata sementara Kebo Iwa hanya mengandalkan kuku. Semua pasukan tidak cukup kuat meladeni Kebo Iwa yang perkasa bahkan kepala desa pun melarikan diri. Warga desa bersorak menyambut kemenangan Kebo Iwa, mereka bahagia karena terbebas dari penjajahan. Warga desa ingin menjadikan Kebo Iwa sebagai kepala desa namun kepala desa biasanya berasal dari pegawai kerajaan. Kebo Iwa mengatakan bahwa dia akan mengikuti seleksi undagi kerajaan. Sebelum itu dia melatih pemuda desa bela diri, untuk menjadi pasukan penjaga desa. Pasukan itu kemudian diberi nama Balabatu, bala artinya pasukan dan batu artinya batu. Balabatu artinya pasukan yang memiliki kekuatan sekuat batu. Kebo Iwa mengikuti seleksi undagi yang nanti akan membangun candi penghormatan raja Anak Wungsu. Candi itu agak berbeda karena akan dibangun pada bibir tebing Sungai Pakerisan. Bibir tebing itu berisi batu andesit yang keras. Tentu ini sangat mudah bagi Kebo Iwa, karena dia dianugerahi memiliki kuku yang keras dan tajam. Ketika akan mengajukan diri kepada petinggi kerajaan, Kebo Iwa dihadang oleh kepala desa. Dia menuduh Kebo Iwa tidak mau membayar pajak dan memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Bedahulu. Petinggi kerajaan itu adalah Ki Pasung Grigis, dia adalah mahapatih kerajaan Bedahulu. Melihat keributan itu Ki Pasung Grigis memanggil Kebo Iwa untuk diadili. Kebo Iwa maju dalam persidangan dan menyampaikan keadaan yang sebenarnya. Tidak lupa dia menyampaikan pesan dari gurunya, Ki Soma Kepakisan. Melihat kejujuran dan adab Kebo Iwa yang baik, Ki Pasung Grigis percaya dengan kata-kata Kebo Iwa. Dia justru memecat dan menghukum kepala desa yang lalim itu. Ki Soma Kepakisan adalah sahabat dekat dari Ki Pasung Grigis. Dia tidak mungkin salah memilih murid. Kebo Iwa pasti murid yang spesial sehingga mendapat rekomendasi Ki Soma Kepakisan. Dugaan Ki Pasung Grigis benar, Kebo Iwa adalah undagi yang sangat rajin dan ulet. Walaupun Kebo Iwa adalah pemimpin proyek dia tidak segan terjun langsung membuat ukiran dengan kukunya. Kebo Iwa selain memiliki keahlian 'undagi', dia juga memiliki bakat kepemimpinan. Melihat kelebihan itu, Ki Pasung Grigis mengangkat Kebo Iwa menjadi prajurit kerajaan. Dia kini tergolong 'Ksatria Warna' golongan yang memiliki tugas memimpin dan menjaga keamanan. Kebo Iwa menyambut baik peran itu dia ingin menjaga desanya. Ki Pasung Grigis membagikan semua ilmu dan pengalamannya selama menjadi patih Bedahulu, dia yakin kelak posisinya akan digantikan oleh Kebo Iwa. Kebo Iwa belajar dengan tekun dan cepat menyerap penjelasan Ki Pasung Grigis. Pemimpin yang baik harus mampu menjalankan Tri Kaya Parisudha atau tiga perbuatan yang mulia. Berkata yang baik, berpikir yang baik, dan berbuat yang baik. Itu yang sering dipesankan kepada Kebo Iwa. Pembangunan candi di tebing sungai Pakerisan sudah mulai rampung. Candi-candi yang besar dan megah itu berjejer menempel di dinding tebing. Sebuah karya yang memukau yang menjadi warisan kebesaran kerajaan Bedahulu. Candi itu diresmikan dengan nama Candi Gunung Kawi. Raja Bedahulu sangat terkesan dengan karya Kebo Iwa. Tidak salah orang-orang kerajaan memuji kehebatannya. Kebo Iwa tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai prajurit kerajaan melainkan juga memimpin pembangunan Candi Gunung Kawi. Atas jasanya ini, Raja Bedahulu berkenan mengabulkan permintaan Kebo Iwa. Kebo Iwa mengatakan dia ingin kembali ke desanya menjadi pemimpin di sana. Ki Pasung Grigis menyarankan raja supaya Kebo Iwa diberikan kewenangan menjaga wilayah Bedahulu bagian selatan, di bagian itu juga desa Kebo Iwa berada. Raja Bedahulu memutuskan Kebo Iwa diangkat menjadi patih yang menjaga wilayah Bedahulu bagian selatan. Sebagai pejabat kerajaan Kebo Iwa diberikan tanah desa. Semua yang ada di desa itu ada dalam kepengawasan Kebo Iwa. Warga desa berseru menyambut kabar gembira itu. Kini mereka berada dalam kepemimpinan yang baru. Kebo Iwa akan membuat hidup mereka menjadi makmur sejahtera. Wilayah kekuasaan Kebo Iwa itu diberi nama Blahbatuh. Nama ini dipilih untuk menghormati Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa ingat dulu dia harus membelah batu yang besar untuk bisa diterima di sekolah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa adalah sosok pahlawan, kebanggaan warga desa Blahbatuh. Banyak warisan luhur beliau yang kini masih ada di desa Blahbatuh. Kebo Iwa mendirikan pura Goa Gajah, pura Candi Tebing Tegalinggah, pura Kebo Edan. Arca wajah Kebo Iwa disthanakan di Pura Gaduh. Tempat yang memberkati kelahiran Kebo Iwa.

cerita kebo iwa dalam bahasa bali